Banyak sekali orang Muslim di dunia ini, namun hanya sedikit yang beriman. Banyak orang yang beriman, namun sedikit sekali yang benar-benar beriman dengan perkataan, perbuatan, dan hati.
Renungkanlah beberapa indikasi berikut. Sudahkah kita memilikinya? Koreksi diri kita. Bermuhasabahlah dan hisablah iman kita sebelum kelak kita akan dihisab oleh-Nya.
1. Cinta kepada Allah
Bagaimana mungkin kita mengaku beriman, padahal kita tidak sedikitpun mencintai-Nya? Melakukan sesuatu yang dibenci-Nya, dan membenci sesuatu yang dicintai-Nya. Sungguh ironis. Padahal telah jelas cinta Allah tergambar melalui karya-Nya yang sungguh megah di muka bumi, lewat irama-Nya yang sungguh indah dalam nyanyian burung-burung, pun lewat ketundukan hati selayaknya air yang senantiasa mengalir dari hulu ke hilir dan tak pernah terbalik. Subhanallah!
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan diantara manusia ada orang-orang yang mengangkat sembahan-sembahan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah." (Al-Baqarah: 165)
Begitu pula telah tersurat jelas dalam sabda Nabi Muhammad SAW:
"Ada tiga perkara, barangsiapa terdapat dalam dirinya ketiga perkara itu, dia pasti merasakan manisnya iman, yaitu Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada yang lain; mencintai seseorang tiada lain hanya karena Allah; dan tidak mau kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan Allah darinya sebagaimana dia tidak mau kalau dicampakkan ke dalam api." (HR Bukhari-Muslim).
Ikhwah fillah, bila kita mengaku Mukmin, sudah sepatutnya kita mencintai Allah dengan sebenar-benar cinta. Sepenuh jiwa raga.
2. Kembali dan bergantung hanya kepada-Nya.
Allah berfirman dalam QS Al Fatihah ayat 5, "Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan."
Demikian gambaran yang diberikan Allah mengenai sifat orang beriman. Mereka tawakkal kepada-Nya. Dan itulah jalan orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah.
Sahabat,
Pernahkah kita dilanda sebuah permasalahan berat? Kita berlari kepada sahabat kita. Mengetuk pintu rumahnya. Lama, tidak juga dibukakan. Mengetuk lagi. Dan ketika dibukakan, bukan sambutan hangat yang kita dapatkan. Namun justru raut wajah yang ternyata juga sedang dilanda masalah. Ke mana kita harus menumpahkan permasalahan yang kita hadapi?
Kembalilah pada Allah. Teman, sahabat, atau bahkan saudara kita memang sering ada untuk kita. Tapi tidak selalu. Mereka juga punya permasalahan. Mereka punya kesibukan pula yang kadang tidak bisa ditinggalkan. Hingga dia tidak bersedia membukakan pintu untuk kita. Bagaimana dengan Allah? Dia tidak pernah menutup pintu-Nya. Dia membentangkan tangan-Nya menyambut setiap permasalahan kita. Dia membentangkan tangan untuk melimpahkan rahmat-Nya. Selalu. Dan selalu. Tak pernah tertutup untuk kita.
Bila kita mengaku beriman kepada Allah, kembalilah segera kepada-Nya. Bergantunglah hanya kepada-Nya. Allah Maha Menyelesaikan masalah.
3. Asyik dalam beribadah.
Ciri orang yang beriman adalah menikmati ketika ia sedang beiribadah kepada-Nya. Renungkan amalan ibadah kita. Sudahkah kita khusyu' dalam beribadah?
"Ya Allah, sungguh hamba malu kepada-Mu. Engkau berikan yang terbaik kepada hamba. Namun tak pernah hamba bersyukur. Jangankan menambah amalan sunnah. Amalan wajib saja kadang hanya mempergunakan waktu sisa. Maka siapalah hamba mengharap surga-Mu."
Sahabat,
Nikmati setiap detik langkahmu kepada Allah. Sungguh, Dia tidak pernah tidur. Dia Mengetahui setiap amalan kita. Tidak ada yang sia-sia. Tidak pula ada yang dirugikan oleh-Nya.
4. Rindu kepada Allah.
Ubadah bin Shamid r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Allah berfirman: Apabila hamba-Ku senang untuk bertemu dengan-Ku, Aku juga senang untuk bertemu dengannya. Dan jika dia tidak suka untuk bertemu dengan-Ku, Aku juga tidak suka untuk bertemu dengannya." (HR. Bukhari, hadits shahih)
Renungkanlah. Sudahkah kita merindukan bertemu dengan-Nya? Atau barangkali kita malah ketakutan ketika harus bertemu dengan-Nya?
Rindu itu mengindikasikan cinta. Cinta memang bukan semata hanyalah rindu. Tapi rindu adalah bagian dari rasa cinta. Dan iman kita meyakini sepenuh hati bahwa kelak akan ada suatu hari dimana dunia akan hancur, di hadapan kita dihamparkan lapangan yang begitu luas. Dan di sana kelak kita akan bertemu dengan Sang Illahi Rabbi.
Sudah siapkah kita?
"Ya Allah, tumbuhkanlah rindu dalam hati ini hanya pada-Mu. Agar tiada yang hamba damba selain-Mu."
5. Tenteram bersama Allah.
Satu cuplikan ayat yang diulang-ulang dan tentu kita sudah sangat sering mendengar ataupun membacanya, "La tahzan. Innallaha ma'anaa."
Ya, jangan bersedih hati. Sesungguhnya Allah bersama kita. Bila kita sudah mencintai Allah, sudah senantiasa berserah diri kepada-Nya, sudah asyik beribadah dan berkhalwat dengan-Nya, sudah merasakan rindu yang sangat kepada Allah, maka tentunya kita akan tenteram bersama-Nya. Tak ada lagi kerisauan tentang dunia karena ia hanya tempat persinggahan kita sementara. Tak ada lagi ketakutan akan selain-Nya, karena kita yakin tidak ada Sebaik-baik Penolong kecuali Allah. Dan itulah tanda kita sudah beriman sebenar-benarnya kepada Allah.
♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣
♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬